Minggu, 30 Juni 2013

Jejak Sejarah pada Folklor dan Lagu Daerah di Indonesia


            Masyarakat praaksara meskipun belum mengenal tulisan bukan berarti mereka tidak meninggalkan tradisi-tradisi sejarah. Selain meninggalkan barang-barang berupa benda seperti artefak, fosil, peralatan hidup dan sebagainya mereka juga melahirkan tradisi-tradisi yang sangat bermanfaat bagi kita sampai sekarang. Tradisi ini biasanya di dalam sejarah dikenal dengan tradisi lisan. Tradisi ini sampai kepada kita melalui berbagai cara diantaranya dengan cerita dari orang tua kepada anak-anaknya, cerita dari generasi ke generasi berikutnya, melalui adat istiadat, upacara keagamaan, lewat gambar-gambar dan sebagainya. Sejarah berjalan seiring dengan terjadinya suatu kejadian di masa lampau yang kemudian dikenal dengan peristiwa sejarah.
            Masa lampau yang telah jauh meninggalkan kita, yang memang hanya sekali terjadi, tidak mungkin dapat disaksikan lagi. Dengan demikian pengamatan masa pra sejarah secara langsung sebagai objek sejarah merupakan hal yang tidak mungkin. Namun demikian kejadian yang dianggap sudah berlalu tidak musnah sama sekali, karena masa lampau banyak meninggalkan bekas-bekasnya. Bekas-bekas yang dapat memberikan sumbangan bagi studi sejarah inilah yang kemudian disebut jejak-jejak sejarah. Jejak-jejak sejarah tersebut dapat dibedakan menjadi:
a.       Jejak-jejak yang tidak sengaja, yaitu jejak yang ditinggalkan oleh mereka yang mengalami kejadian untuk diketahui dan di gunakan pada saat itu saja tanpa memikirkan tentang keterkaitan dengan masa yang akan datang. Termasuk dalam kelompok ini adalah alat-alat baik berupa artefak maupun alat-alat lain, seperti gua. Batu Megalitikum dan sejenisnya yang ditinggalkan karena tidak lagi digunakan. Jejak demikian itu pada umumnya dapat diperoleh dari peninggalan masyarakat kuno, terutama zaman prasejarah. Cara memperolehnya bisa dilakukan dengan jalan eskavasi dan  memerlukan ketelitian yang tinggi tingkatannya.
b.      Jejak yang secara sengaja, yaitu jejak yang ditinggalkan oleh mereka yang mengalami kejadian yang dipelihara dan diteruskan untuk menjadi bahan informasi kepada generasi pewarisnya. Termasuk jejak kelompok ini adalah jejak yang terpelihara, karena orang telah memiliki kesadaran dari segi kemanfaatannya. Jejak-jejak masa lampau jenis ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
§  Jejak ahistoris, yaitu jejak yang menurut penilaian sejarawan tidak dapat memberikan informasi atau keterangan yang mengandung nilai sejarah, tidak ada hubungannya dengan aspek tertentu (politik/ekonomi/social dan lain-lain) yang baru ditekuni sejarawan.
§  Jejak historis, yaitu jejak yang menurut penilaian sejarawan memiliki atau mengandung informasi tentang kejadian-kejadian yang historis, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan studi dalam rangka rekrontruksi kajadian-kejadian itu, dalam bentuk kisah sejarah. Jejak historis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jejak sejarah yang material yang non material. Jejak yang material dapat berwujud benda tertulis maupun tidak tertulis, sehingga untuk memudahkan jejak sejarah dapat dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut:
·        Jejak Nonmaterial (Immaterial)
Yang termsuk dalam jejak immaterial adalah ketentuan-ketentuan yang masih hidup atau terdapat dalam masyarakat, yang dapat berupa : lembaga-lembaga social, kepercayaan, adat istiadat, norma-norma etik yang berlaku, lagu, tradisi, legenda, takhayul, bahasa dan lain sebagainya. Termasuk jenis ini dapat disebut accepted history, yaitu pengetahuan yang dapat memberikan pengertian pada kita tentang apa yang dianggap pernah terjadi pada masa lampau. Jenis jejak immaterial ini tidak dapat diraba melainkan hanya bisa diketahui, sebab terdapat dan masaih berlaku hidup dalam masyarakat, serta memliki pengaruh yang cukup besar. Untuk mendapatkan jejak semacam ini kita cukup menggunakan penalaran kita, sebab eksistensinya ada di masyarakat. Namun demikian untuk jejak ini perlu penggunaan kemampuan analisa secara tajam, mengingat masa pra sejarah banyak diwarnai oleh hal-hal yang berada di luar logika.
·        Jejak Material
Yang dimaksud dengan jejak material ialah jejak dari hasil aktivitas manusia masa lampau yang menghasilkan wujud (benda). Jejak material dapat bewujud : patung, bangunan megalitikum, dan benda-benda lain. Cara memperolehnya bisa mendapatkan secara langsung dan juga dapat melalui penggalian di suatu tempat yang sangat mungkin ada kehidupan masa lalu di mana ada peninggalan jejak sejarah.

·        Jejak Tertulis
Kesaksian tertulis atau jejak tertulis adalah segala sesuatu peninggalan pada masa lampau yang dapat memberikan keterangan berupa bahasa tulis. Jenis jejak ini dapat berupa mata uang inskripsi (termasuk jejak material dan sekaligus jejak tertulis). Dalam arti yang sangat terbatas jejak tertulis ini identik dengan dokumen. Khusus untuk jenis jejak tertulis ini dalam penelitian masa pra sejarah jelas tidak mungkin ditemukan.
Dalam kaitannya dengan identifikasi terhadap tradisi sejarah Indonesia sebelum mengenal tulisan pembagian tersebut di atas sangat membantu dalam usaha untuk merekonstruksi masa pra sejarah, khususnya untuk jejak non material di antaranya melalui penelitian tradisi-tradisi asli bangsa Indonesia. Tradisi-tradisi yang dianggap asli milik bangsa Indonesia yang sampai kepada kita sekarang ini dikelompokkan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut.
a.      Kemampuan Berlayar
Kedatangan Nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari daratan Asia di Nusantara diperkirakan pada sekitar tahun 2000 sebelum Masehi. Mereka menggunakan perahu yang telah mampu berlayar mengarungi samudera sehingga memungkinkan mereka dapat menyebar ke barat sampai di Pulau Madagaskar, ke selatan sampai di Selandia Baru, ke timur sampai di Pulau Paskah, dan ke utara sampai di Jepang. Kemampuan berlayar yang demikian luas tentunya disertai dengan pengetahuan astronomi, yaitu pengetahuan tentang perbintangan. Salah satu ciri khusus perahu nenek moyang kita adalah perahu bercadik, yaitu alat dari bambu dan kayu yang dipasang di kanan-kiri perahu agar tidak mudah oleng. Kemampuan berlayar nenek moyang bangsa Indonesia yang demikian jauh dapat diketahui dari persamaan perbendaharaan bahasa yang dipergunakan oleh penduduk asli di antara keempat wilayah tersebut.
Untuk mengarungi samudra yang demikian luas maka diperlukan pengetahuan astronomi terutama untuk palayaran waktu malam hari atau kalau cuaca tidak mendukung. Maka nenek moyang kita salah satunya menggunakan rasi bintang pari kalau orang jawa menyebutnya bintang gubuk penceng yang menunjuk arah selatan.
b.      Mengatur Masyarakat
Masyarakat prasejarah hidup secara berkelompok. Mereka biasanya saling bahu membahu dalam mencari makanan, bertahan hidup maupun dalam berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Setelah berpindah-pindah mereka kemudian mulai hidup menetap. Dalam kehidupan yang sudah menetap, maka diperlukan adanya aturan bermasyarakat. Dari penelitian desa-desa kuno di Indonesia dapat diketahui bahwa salah satu aturan yang telah dikenal adalah cara memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpin dipilih berdasarkan kemampuan dia untuk dapat melindungi masyarakat-masyarakat terhadap gangguan dari kelompok lain, kekuatan roh jahat, dan dapat mengatur masyarakat dengan baik, dipilih untuk jadi pemimpin. Jika pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh para pengikutnya.
c.       Seni Gamelan
Gamelan biasanya kita kenal kalau kita melihat pertunjukan wayang kulit maupun wayang orang. Agar pertunjukkan wayang dapat lebih dinikmati, perlu dibantu oleh gamelan sebagai alat musik pengiring. Beberapa alat gamelan itu diantaranya adalah
1.      Bonang merupakan gong kecil-kecil yang diletakkan pada tali direntangkan dan dipukul dari atas
2.      Gong bentuknya besar dan digantung serta di pukul dari samping
3.      Gambang merupakan alat dari kayu dan cara membunyikannya dipukul dari atas.
4.      Rebab merupakan alat semacam biola pada zaman sekarang
5.      Gendang merupakan semacam genderang yang diletakkan mendatar dan ditabuh kiri-kanannya.
d.      Sistem Macapat
Sistim macapat merupakan warisan nenek moyang yang sampai sekarang masih bisa dilihat peninggalannya. Sistim ini sangat menarik dan mengandung satu penataan kota yang sudah rapi dan maju. Macapat sendiri, artinya tata cara yang di dasarkan pada jumlah empat. Pusat pemerintahan letaknya di tengah wilayah yang dikuasai. Di pusat kota atau pemerintahan terdapat alun-alun atau tanah lapang. Di empat penjuru alun-alun itu terdapat bangunan-bangunan yang penting, seperti keraton, tempat pemujaan, pasar, dan penjara. Susunan demikian masih banyak dijumpai pada kota-kota lama. Tata kota yang sedemikian rupa bagusnya merupakan peninggalan nenek moyang yang tidak ternilai harganya.

e.       Kepandaian Bersawah
Setelah manusia mulai hidup agak menetap mereka mulai mengenal yang namanya bercocok tanam. Kehidupan manusia prasejarah mulai menetap sejak jaman Neolithikum. Hal ini mendorong manusia prasejarah untuk hidup menghasilkan bahan makanan sendiri. Maka mereka mulai mengenal cara bercocok tanam. Pada awalnya cara bercocok tanam dilakukan dengan system ladang, tetapi untuk lebih meningkatkan produksi pangan berupa padi dipergunakan system sawah. Untuk itu, mereka tentunya harus membuat tata pengaturan saluran air agar tanaman mereka tetap bisa hidup.
f.       Kesenian Wayang
Masyarakat yang sudah hidup menetap dalam waktu yang relatif lama dalam satu tempat pasti memerlukan adanya hiburan. Hiburan biasanya berupa kesenian. Di antara kesenian yang lahir pada masa itu ada wayang. Kesenian wayang tidak mutlak karena nilai-nilai seni tetapi berawal pada pemujaan roh nenek moyang. Boneka-boneka perwujudan nenek moyang dimainkan oleh dalang pada malam hari. Dengan menempatkan lampu di belakang dan tirai di depan dalang, boneka yang dimainkan itu menimbulkan bayangan pada tirai. Anak cucu menyaksikan bayangan itu dari balik tirai. Roh nenek moyang yang seolah-olah masuk pada dalang menyuarakan nasihat-nasihat kepada anak cucu.
Asal kata wayang sendiri memang sulit diterjemahkan karena dapat berarti bayangan, gambar, atau pencitraan seseorang. Wayang sebagai kebudayaan peninggalan nenek moyang kita mengalami beberapa perkembangan. Perkembangan terjadi terutama setelah kebudayaan Hindu datang dan berinteraksi dengan kebudayaan Hindhu. Nasehat dan kisah nenek moyang itu diganti dengan cerita dari Mahabarata dan Ramayana yang lebih menarik.
g.      Seni membuat barang dari logam
Seni membuat barang dari logam dikenal oleh nenek moyang kita sejak jaman prasejarah. Seni membuat barang dari logam berasal dari Dongson Vietnam. Teknik pembuatan logam ada dua macam yaitu teknik a cire perdue dan teknik bivolve. Barang-barang yang dibuat pada waktu itu selain untuk kebutuhan hidup juga yang berhubungan dengan kepercayaan. Di Indonesia seni membuat barang dari logam disebut jaman perunggu.
h.      Perdagangan
Perdagangan sudah dikenal oleh masyarakat kita sejak mereka mulai hidup menetap. Tetapi perdagangan pada waktu itu adalah dengan sistim barter yaitu dengan cara tukar menukar barang yang berupa hasil alam terutama yang menyangkut kebutuhan pokok untuk kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar