Minggu, 30 Juni 2013

JENIS-JENIS SEJARAH


                                                                    Jenis-Jenis Sejarah
1.      Sejarah Dunia
Sudah barang tentu, semua karya sejarah dunia merupakan buku teks, sebagian berupa terjemahan dari karya-karya asing. Sekalipun demikian, ada beberapa studi yang penting mengenai sejumlah Negara atau wilayah yang telah dihasilkan oleh para sejaraawan Indonesia. Lie Tek Tjeng (1961) menulis sebuah disertai mengenai salah satu aspek sejarah Jepang, sedangkan Marwati Djoened Poesponegoro mengajukan sebuah tesis (1968) mengenai kebijakan Prancis pada abad ke-19 terhadap Polandia. Sika Australia yang berubah terhadap Indonesia diuraikan oleh Adil (1973). Sebuah karya pendahuluan nmengenai peranan Indonesia di Asia Tenggara ditulis oleh Mohammad Ali (1963).
Beberapa aspek dari sejarah Asia Tenggara juga diuraikan oleh Lapian, yaitu tentang kolonialisme (1975) dan oleh Taufik Abdullah mengenai Islam (1976), sedangkan studi-studi singkat mengenai Singapura dan Jepang dengan tekanan istimewa pada pembangunan ekonomi di negara-negara terseut ditulis oleh Thee Kian Wie (1973). Mengenai factor-faktor intern dalam politik luar negeri Malaysia, ditulis oleh Taufik Abdullah (1973), mengenai hubungan Filipina dan Amerika ditulis oleh Lapian (1976). Lie Tek Tjeng juga pernah menulis beberapa karangan meengenai Cina dan Jepang Dilihat dari Jakarta (1971, 1973, 1975). Sejumlah studi mengenai Timur Tengah terutama mengenai penyebaran Islam dihasilkan oleh beberapa penulis, sebagian besar tergolong sebagai sejarah popular. Beberapa tulisan oleh Rachman Zainuddin mengenai dinamika politik di Timur Tengah telah di terbitkan.
2.      Sejarah Indonesia 
Sejarah yang mengetengahkan berbagai peristiwa di Indonesia yang menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang bersifat indonesiasentris, contoh di terbitkannya  Sejarah Nasional Indonesia.
3.      Sejarah Lokal
Sejarah lokal senantiasa merupakan persoalan di Indonesia. Salah satu persoalan yang paling penting adalah tumpang-tindih antara batas-batas etnik cultural dan batas-batas pemerintahan (daerah). Sejarah local dapat dibedakan menjadi empat macam, antara lain:
a.       Sejarah nsebagai peristiwa (evenemental history) yang melukiskan peristiwa-peristiwa tertentu dari masa silam. Karya yang paling penting dari jenis ini ditulis oleh Sartono (1966). Sejumlah studi yang lebih kecil pun dapat disebut disini, seperti Pemberontakan Peta, PEmberontakan Republik Maluku Selatan, Peristiwa Tiga  Daerah, Pertempuran Semarang dan lain-lain.
b.      Penelitian struktural  yang lebih menekankan struktur daripada proses. Studi Soemarsaid Moertono mengenai Kerajaan Mataram dan studi Mattulada mengenai Latoa di Sulawesi Selatan termasuk dalam kategori ini. Studi-studi yang lebih kecil lagi adalah dari F.A.Sutjipto  tentang Kerajaan Mataram (1961 dan 1970) dan Ibrahim Alfian mengenai Kerajaan Aceh (1968).
c.       Membahas aspek-aspek tertentu mengenai sejarah local. Salah satu studi yang terpenting dari kategori ini adalah disertai Onghokham yang belum diterbitkan (1975) tentang hubungan antara para petani dan para priyayi dalam Karesidenan Madiun. Mohammad Said menulis sebuah uraian mengenai perkembangan pers di Sumatra Utara (1976) dan sebuah uraian yang membangkitkan rasa ngeri tentang kuli kontrak di perkebunan-perkebunan Deli pada masa colonial (1977).
d.      Pembahasan sejarah local umum tentang daerah-daerah tertentu dari masa kun sampai masa kini. Sebagian besar dari buku-buku ini tergolong sejarah popular. Sebagian besar tidak menyebut sumber-sumber sejarahnya dan sering buku-buku itu sangat dipengaruhi oleh asumsi-asumsi tradisional tentang masa lampau yang gemilang. Beberapa buku yang mutunya lebih baik daripada mutu rata-rata, antara lain M.D.Mansur et al. tentang Minangkabau (1970), Watuseke tentang Minahasa (tanpa menyebut tahunnya), dan Mohammad Said tentang Aceh (1961).
Taufik Abdullah telah membicarakan berbagai pengertian awal, masalah metodologis, corak studi, dan contoh beberapa aspek sejarah local dengan panjang lebar dalam bukunya (1979). Selain itu, perlu disebut  pula penerbitan sumber sejarah, yang terutama diselenggarakan oleh Arsip Nasional RI, seperti laporan-laporan dari para gubernur  masa penjajahan yang diganti di JAwa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Sebuah penelitian yang kritis mengenai sumber sejarah daerah adalah disertai Manusama mengenai Hikayat Tanah Hitu (1971). Sebuah studi politik Sosiologi mengenai Tanete Sulawesi Selatan menjadi pokok disertai Hasan Walisono (1979).
Berdasarkan bidang kajiannya, sejarah mencakup:
1.      Sejarah Geografi
Geografi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi. Pengetahuan tentang geografis sangat penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Oleh karena itu, perkekmabngan sejarah tidak akan pernah dipsahkan dari keadaan geografis dari suatu wilayah. Misalnya dalam Perang Diponegoro, Belanda sangat kesulitan di medan perang karena tidak memahami medan perang dan keadaan geografis daerah perjuangan Pangeran Diponegoro.
2.      Sejarah Ekonomi
Ekonomi merupakan ilmu pengetahuan yang membahas adanya usaha manusia untuk dapat memnuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakan Indonesia mulai mengembangkan aktivitas eknomi sejak bercocok tanam dengan sisitem perdagangan barter. Seiring dengan perkembangan aktivitas pelayaran yang meluas, tidak hanya menyangkut antar daerah, tetapi antar Negara. Apalagi letak Indonesia yang strategis dan penghasil rempah-rempah menjadikan bangsa Indonesia memiliki hubungan yang luas dan berdampak bagi masuknya budaya-budaya luar yang dibawa oleh para pedagang, seperti pedagang India, Cina, Arab, Eropa. Dengan demikian, sejarah ekonomi Indonesia hanya menyangkut nasional, tetapi ke taraf internasioanal.
3.      Sejarah Politik (Ketatanegaraan dan Pemerintahan)
Membicarakan system pemerintahan dan ketatanegaraan Indonesia dimulai dari zaman prasejarah yang dipimpin oleh seoran gkepala suku yang dipilih anggota masyarakatnya secara demokratis. Seorang kepala suku yang dipilih tidak hanya mampu mengorganisasi anggota masyarakatnya, tetapi juga memiliki kemamapuan spiritual yang lebih bila dibandingakan dengan yang lain. Setelah masuk pengaruh Hindu-Buddha,  maka system pemerintahan berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bersifat turun-temurun.  Begitu pula ketika Islam masuk, system pemerintahan masih tetap dalam bentuk kerajaan,  tetapi disesuaikan denagn tradisi Islam. Ketika bangsa Indonesia dijajah bangsa Eropa, system pemerintahan langsung ditangani oleh gubernur jenderal penjajah, sedangkan kekuasaan raja danbangsawan di bawahnya serta diawasi oleh pemerintah colonial. Ketika Indonesia merdeka, system pemerintahan  dipegang oleh presiden dan dibantu oleh wakil presiden dan para menteri yang duduk dalam kabinet yang dipimpinnya.
4.      Sejarah Sosial
Sejarah social Indonesia mengalami perkembangan dari tingkat yang sangat sederhana sampai ke tingkat maju. Dimulai pada masa prasejarah dengan perkembangan masyarakat dari berburu dan mengumpulkan makanan sampai dengan perundagian.
Dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha, masyarakat lebih teratur dengan adanya hubungan yang harmonis antara raja, rakyat, dan ulama. Adanya Sabda pandhita ratu menunjukkan apa  yang di ucapkan raja akan dilaksanakan rakyat.
Setelah islam masuk, aturan social dalam masyarakat diatur menurut aturan dan hokum-hukum Islam yang berlaku, seperti di Aceh adanya adat makuta alam yang mengatur kehidupan masyarakatnya. Sementara ketika dijajah bangsa Eropa, terjadilah gerakan-gerakan social yang menentang terhadap aturan pemerintah colonial karena telah merusak tatanan social masyarakat selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar