Jenis-Jenis Sejarah
1. Sejarah Dunia
Sudah
barang tentu, semua karya sejarah dunia merupakan buku teks, sebagian berupa
terjemahan dari karya-karya asing. Sekalipun demikian, ada beberapa studi yang
penting mengenai sejumlah Negara atau wilayah yang telah dihasilkan oleh para
sejaraawan Indonesia. Lie Tek Tjeng (1961)
menulis sebuah disertai mengenai salah satu aspek sejarah Jepang, sedangkan Marwati Djoened Poesponegoro mengajukan
sebuah tesis (1968) mengenai kebijakan Prancis pada abad ke-19 terhadap
Polandia. Sika Australia yang berubah terhadap Indonesia diuraikan oleh Adil (1973). Sebuah karya pendahuluan
nmengenai peranan Indonesia di Asia Tenggara ditulis oleh Mohammad Ali (1963).
Beberapa
aspek dari sejarah Asia Tenggara juga diuraikan oleh Lapian, yaitu tentang kolonialisme (1975) dan oleh Taufik Abdullah mengenai Islam (1976),
sedangkan studi-studi singkat mengenai Singapura dan Jepang dengan tekanan
istimewa pada pembangunan ekonomi di negara-negara terseut ditulis oleh Thee Kian Wie (1973). Mengenai
factor-faktor intern dalam politik luar negeri Malaysia, ditulis oleh Taufik Abdullah (1973), mengenai
hubungan Filipina dan Amerika ditulis oleh Lapian
(1976). Lie Tek Tjeng juga
pernah menulis beberapa karangan meengenai Cina dan Jepang Dilihat dari Jakarta (1971, 1973, 1975). Sejumlah studi mengenai
Timur Tengah terutama mengenai penyebaran Islam dihasilkan oleh beberapa
penulis, sebagian besar tergolong sebagai sejarah popular. Beberapa tulisan
oleh Rachman Zainuddin mengenai
dinamika politik di Timur Tengah telah di terbitkan.
2.
Sejarah
Indonesia
Sejarah
yang mengetengahkan berbagai peristiwa di Indonesia yang menyangkut kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang bersifat indonesiasentris, contoh di
terbitkannya Sejarah Nasional Indonesia.
3.
Sejarah
Lokal
Sejarah
lokal senantiasa merupakan persoalan di Indonesia. Salah satu persoalan yang
paling penting adalah tumpang-tindih antara batas-batas etnik cultural dan
batas-batas pemerintahan (daerah). Sejarah local dapat dibedakan menjadi empat
macam, antara lain:
a. Sejarah
nsebagai peristiwa (evenemental history) yang
melukiskan peristiwa-peristiwa tertentu dari masa silam. Karya yang paling
penting dari jenis ini ditulis oleh Sartono
(1966). Sejumlah studi yang lebih kecil pun dapat disebut disini, seperti
Pemberontakan Peta, PEmberontakan Republik Maluku Selatan, Peristiwa Tiga Daerah, Pertempuran Semarang dan lain-lain.
b. Penelitian
struktural yang lebih menekankan
struktur daripada proses. Studi Soemarsaid
Moertono mengenai Kerajaan Mataram dan studi Mattulada mengenai Latoa di Sulawesi Selatan termasuk dalam
kategori ini. Studi-studi yang lebih kecil lagi adalah dari F.A.Sutjipto tentang Kerajaan Mataram (1961 dan 1970) dan Ibrahim Alfian mengenai Kerajaan Aceh
(1968).
c. Membahas
aspek-aspek tertentu mengenai sejarah local. Salah satu studi yang terpenting
dari kategori ini adalah disertai Onghokham
yang belum diterbitkan (1975) tentang hubungan antara para petani dan para
priyayi dalam Karesidenan Madiun. Mohammad Said menulis sebuah uraian mengenai
perkembangan pers di Sumatra Utara (1976) dan sebuah uraian yang membangkitkan
rasa ngeri tentang kuli kontrak di perkebunan-perkebunan Deli pada masa
colonial (1977).
d. Pembahasan
sejarah local umum tentang daerah-daerah tertentu dari masa kun sampai masa
kini. Sebagian besar dari buku-buku ini tergolong sejarah popular. Sebagian
besar tidak menyebut sumber-sumber sejarahnya dan sering buku-buku itu sangat
dipengaruhi oleh asumsi-asumsi tradisional tentang masa lampau yang gemilang. Beberapa buku yang mutunya lebih baik
daripada mutu rata-rata, antara lain M.D.Mansur
et al. tentang Minangkabau (1970), Watuseke
tentang Minahasa (tanpa menyebut tahunnya), dan Mohammad Said tentang Aceh (1961).
Taufik
Abdullah telah membicarakan berbagai pengertian awal,
masalah metodologis, corak studi, dan contoh beberapa aspek sejarah local
dengan panjang lebar dalam bukunya (1979). Selain itu, perlu disebut pula penerbitan sumber sejarah, yang terutama
diselenggarakan oleh Arsip Nasional RI, seperti laporan-laporan dari para
gubernur masa penjajahan yang diganti di
JAwa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Sebuah penelitian yang kritis mengenai
sumber sejarah daerah adalah disertai Manusama
mengenai Hikayat Tanah Hitu (1971).
Sebuah studi politik Sosiologi mengenai Tanete Sulawesi Selatan menjadi pokok
disertai Hasan Walisono (1979).
Berdasarkan
bidang kajiannya, sejarah mencakup:
1. Sejarah
Geografi
Geografi
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi. Pengetahuan
tentang geografis sangat penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Oleh
karena itu, perkekmabngan sejarah tidak akan pernah dipsahkan dari keadaan
geografis dari suatu wilayah. Misalnya dalam Perang Diponegoro, Belanda sangat
kesulitan di medan perang karena tidak memahami medan perang dan keadaan
geografis daerah perjuangan Pangeran Diponegoro.
2. Sejarah
Ekonomi
Ekonomi
merupakan ilmu pengetahuan yang membahas adanya usaha manusia untuk dapat
memnuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakan Indonesia mulai mengembangkan aktivitas
eknomi sejak bercocok tanam dengan sisitem perdagangan barter. Seiring dengan
perkembangan aktivitas pelayaran yang meluas, tidak hanya menyangkut antar
daerah, tetapi antar Negara. Apalagi letak Indonesia yang strategis dan
penghasil rempah-rempah menjadikan bangsa Indonesia memiliki hubungan yang luas
dan berdampak bagi masuknya budaya-budaya luar yang dibawa oleh para pedagang,
seperti pedagang India, Cina, Arab, Eropa. Dengan demikian, sejarah ekonomi
Indonesia hanya menyangkut nasional, tetapi ke taraf internasioanal.
3. Sejarah
Politik (Ketatanegaraan dan Pemerintahan)
Membicarakan
system pemerintahan dan ketatanegaraan Indonesia dimulai dari zaman prasejarah
yang dipimpin oleh seoran gkepala suku yang dipilih anggota masyarakatnya
secara demokratis. Seorang kepala suku yang dipilih tidak hanya mampu
mengorganisasi anggota masyarakatnya, tetapi juga memiliki kemamapuan spiritual
yang lebih bila dibandingakan dengan yang lain. Setelah masuk pengaruh
Hindu-Buddha, maka system pemerintahan
berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bersifat
turun-temurun. Begitu pula ketika Islam
masuk, system pemerintahan masih tetap dalam bentuk kerajaan, tetapi disesuaikan denagn tradisi Islam.
Ketika bangsa Indonesia dijajah bangsa Eropa, system pemerintahan langsung
ditangani oleh gubernur jenderal penjajah, sedangkan kekuasaan raja
danbangsawan di bawahnya serta diawasi oleh pemerintah colonial. Ketika Indonesia
merdeka, system pemerintahan dipegang
oleh presiden dan dibantu oleh wakil presiden dan para menteri yang duduk dalam
kabinet yang dipimpinnya.
4. Sejarah
Sosial
Sejarah
social Indonesia mengalami perkembangan dari tingkat yang sangat sederhana sampai
ke tingkat maju. Dimulai pada masa prasejarah dengan perkembangan masyarakat
dari berburu dan mengumpulkan makanan sampai dengan perundagian.
Dengan
masuknya pengaruh Hindu-Buddha, masyarakat lebih teratur dengan adanya hubungan
yang harmonis antara raja, rakyat, dan ulama. Adanya Sabda pandhita ratu menunjukkan apa
yang di ucapkan raja akan dilaksanakan rakyat.
Setelah
islam masuk, aturan social dalam masyarakat diatur menurut aturan dan
hokum-hukum Islam yang berlaku, seperti di Aceh adanya adat makuta alam yang mengatur kehidupan
masyarakatnya. Sementara ketika dijajah bangsa Eropa, terjadilah
gerakan-gerakan social yang menentang terhadap aturan pemerintah colonial
karena telah merusak tatanan social masyarakat selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar