Cara
Masyarakat Prasejarah Mewariskan Budaya
Pada
awal kehidupannya manusia belum mengenal adanya tulisan. Mereka diperkirakan
hanya menggunakan bahasa lisan maupun bahasa isyarat sebagai sarana komunikasi
dalam kehidupan sehari-hari. Maka tidak ada peninggalan pada masa ini yang
bersifat tertulis. Masa ketika manusia belum mengenal tulisan dan meninggalkan
keterangan tertulis sezaman disebut zaman
Praaksara, Nirleka atau masa
prasejarah. Mengenai kapan jaman prasejarah dimulai secara pasti sulit
dicari pembuktiannya. Tetapi kapan berakhirnya jaman prasejarah jelas lebih
mudah karena telah ada peninggalan yang berupa tulisan.
Manusia
yang hidup pada zaman Prasejarah pun sering disebut manusia praaksara. Ilmu
untuk menyelidiki masyarakat dan budaya manusia pada zaman Praaksara disebut
ilmu praaksara. Menyelidiki dan meneliti manusia prasejarah memang cukup sulit,
karena tidak ada sumber tertulis sehingga untuk menyelidiki manusia prasejarah
digunakan benda-benda peninggalannya.
Untuk
menuliskan kembali kehidupan masyarakat prasejarah yang tidak meninggalkan
peninggalan yang tertulis maka diperlukan benda-benda peninggalan masyarakat
prasejarah sebagai pendukungnya. Benda-benda prasejarah kebanyakan terpendam di
dalam tanah. Dengan demikian diperlukan penggalian, penelitian dan analisa.
Benda-benda prasejarah ada yang berupa alat-alat dari batu, kayu, tulang, besi,
perunggu, tanah dan fosil. Karena masa prasejarah waktunya sangat lama maka
hanya peninggalan yang tahan lama saja yang masih ada. Berdasarkan benda-benda
yang ditemukan maka dapat diketahui cara hidup manusia pada jaman dahulu.
Pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan alat-alat yang ditinggalkan (diwariskan)
oleh manusia pada masa tersebut antara lain adalah kapak perimbas, alat serpih
dan alat dari tulang. Alat-alat ini ditemukan di berbagai wilayah Indonesia
seperti Gunung Pacitan, Sangiran, dan sebagainya. Setelah memasuki masa
bercocok tanam peralatan yang ditinggalkan bentuknya semakin baik. Alat-alat yang
ditinggalkan itu diantaranya adalah beliung persegi, kapak lonjong, mata panah,
gerabah dan perhiasan.
Setelah
menetap dan bercocok tanam kehidupan mereka semakin maju. Mereka kemudian
pandai membuat alat-alat dari logam. Masa itu disebut masa perundagian artinya
masa dimana orang sudah pandai membuat alat-alat dengan teknik yang cukup
tinggi. Peninggalan alat-alat dari masa perundagian itu diantaranya adalah
nekara perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu, arca-arca perunggu, perhiasan
serta benda-benda dari besi. Kepandaian membuat alat-alat dari logam berasal
dari Dongson (Vietnam). Artinya bahwa pada saat itu sudah terjadi hubungan
antara Indonesia dengan Vietnam terutama hubungan dagang.
Terjadinya
hubungan antara pulau pada masa itu disebabkan tidak hanya karena factor
perdagangan saja tetapi juga factor agama maupun budaya. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan benda-benda peninggalan masyarakat pada masa tersebut. Misalnya
pada masa perundagian dapat dilihat adanya hubungan antara kebudayaan Dongson (Vietnam)
dengan indonesia dalam rangka pembuatan alat-alat dari logam. Alat-alat
tersebut ada yang dibuat untuk kebutuhan perdagangan tetapi ada juga yang
khusus dibuat untuk kebutuhan yang berhubungan dengan agama atau kepercayaan.
Jadi dari alat-alat yang ditinggalakan oleh manusia prasejarah akhirnya dapat
dilakukan rekronstruksi kembali sejarah Indonesia pada masa sebelum mengenal
adanya tulisan.
Selain
dengan peninggalan-peninggalan yang berupa benda, masyarakat pra sejarah dalam
mewariskan masa lalunya juga dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah:
a. Dengan pelatihan, yaitu dengan mengajarkan apa
yang dimiliki oleh generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Hal ini
dilakukan oleh nenek moyang mereka terutama berhubungan dengan masalah ekonomi, social maupun kepercayaan. Misalnya cara
pembuatan barang dari batu maupun logam yang berkaitan dengan masalah ekonomi
yaitu untuk diperjual belikan. Sedangkan untuk masalah social yaitu berhubungan
dengan masalah status social melalui pelatihan kepemimpinan yang diturunkan
dengan cara yang cukup demokratis melalui penerapan prinsip primus inter pares. System kekerabatan
pun telah tersusun secara berkelompok yang terdiri atas beberapa keluarga.
Mereka telah melaksanakan distribusi tugas menurut kedudukan sosialnya.
Sedangkan yang berkaitan dengan kepercayaan seperti pembuatan Menhir, dolmen
atau nekara yang sangat besar yang berhubungan dengan kepercayaan. Sehingga
pelatihan pembuatan barang ini dilakukan dengan tujuan yang berbeda-beda.
b. Dengan karya-karya yang berupa
alat-alat kehidupan,
sarana ibadah, upacara-upacara
tradisional,lagu-lagu, tarian, dongeng dan pembuatan alat dan bangunan.
Karya-karya tersebut diwariskan kepada generasi berikutnya dengan sadar maupun
tidak sadar dan sangat melekat dengan kehidupan generasi sesudahnya. Karya-karya
ini bahkan banyak yang masih bisa kita lihat dan masih berkembang terus menerus
sampai saat ini, seperti kapak perimbas, beliung persegi, menhir, sarcophagus,
dolmen dan alat-alat dari logam. Tarian dan lagu yang ditinggalkan oleh nenek
moyang bangsa Indonesia masih terasa adanya hingga tradisi yang ada pada saat
ini terutama yang berkaitan dengan pemujaan roh nenek moyang dengan segala
bentuk tari dan lagu yang ada.
c. Warisan yang berupa cerita atau
sering disebut tradisi lisan yang berupa cerita dongeng, adat istiadat, tradisi dan lain sebagainya yang terus berkembang.
Tradisi lisan pada masyarakat yang belum mengenal tulisan merupakan sumber
sejarah masa lampau terutama berkaitan dengan sejarah local. Namun demikian
sifat subyektif dari sejarah lisan memang sangat kuat sehingga tradisi lisan
ini semakin lama semakin sulit dicari sumber aslinya karena terus ditambah atau
dikurangi tradisi lisan itu oleh generasi berikutnya. Dengan demikian keaslian
tradisi lisan itu semakin sulit didapatkan. Penggunaan tradisi lisan sebagai
sumber sejarah harus sangat hati-hati cara penggunaannya, terutama berkaitan
dengan sifat subyektif dari tradisi lisan tersebut. Tradisi lisan yang
berkembang di mayarakat diantaranya adalah Folklor. Dimana Folklor lisan dapat
berupa mite maupun legenda dan dongeng. Tradisi lisan penyebarannya melalui dua
cara. Pertama malalui saksi mata yang melihat peristiwa itu secara langsung.
Kedua melalui saksi yang tidak melihat secara langsung tetapi mendengar dari
saksi langsung. Sedangkan tradisi lisan yang biasanya sampai kepada kita sampai
sekarang berjalan melalui tiga tahap. Pertama dibawa oleh cerita seorang bapak
kepada anaknya atau dari generasi ke generasi lainnya. Kedua diperkenalkan
melalui adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, upacara agama dan sebagainya.
Ketiga cerita sejarah diabadikan dalam tulisan atau gambar-gambar. Tradisi
tersebut kemudian terwariskan secara kontinu hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar