Masyarakat praaksara meskipun belum
mengenal tulisan bukan berarti mereka tidak meninggalkan tradisi-tradisi
sejarah. Selain meninggalkan barang-barang berupa benda seperti artefak, fosil,
peralatan hidup dan sebagainya mereka juga melahirkan tradisi-tradisi yang
sangat bermanfaat bagi kita sampai sekarang. Tradisi ini biasanya di dalam
sejarah dikenal dengan tradisi lisan. Tradisi ini sampai kepada kita melalui
berbagai cara diantaranya dengan cerita dari orang tua kepada anak-anaknya,
cerita dari generasi ke generasi berikutnya, melalui adat istiadat, upacara
keagamaan, lewat gambar-gambar dan sebagainya. Sejarah berjalan seiring dengan
terjadinya suatu kejadian di masa lampau yang kemudian dikenal dengan peristiwa
sejarah.
Masa lampau yang telah jauh
meninggalkan kita, yang memang hanya sekali terjadi, tidak mungkin dapat
disaksikan lagi. Dengan demikian pengamatan masa pra sejarah secara langsung
sebagai objek sejarah merupakan hal yang tidak mungkin. Namun demikian kejadian
yang dianggap sudah berlalu tidak musnah sama sekali, karena masa lampau banyak
meninggalkan bekas-bekasnya. Bekas-bekas yang dapat memberikan sumbangan bagi
studi sejarah inilah yang kemudian disebut jejak-jejak sejarah. Jejak-jejak
sejarah tersebut dapat dibedakan menjadi:
a. Jejak-jejak yang tidak sengaja,
yaitu jejak yang ditinggalkan oleh mereka yang mengalami kejadian untuk
diketahui dan di gunakan pada saat itu saja tanpa memikirkan tentang keterkaitan
dengan masa yang akan datang. Termasuk dalam kelompok ini adalah alat-alat baik
berupa artefak maupun alat-alat lain, seperti gua. Batu Megalitikum dan
sejenisnya yang ditinggalkan karena tidak lagi digunakan. Jejak demikian itu
pada umumnya dapat diperoleh dari peninggalan masyarakat kuno, terutama zaman
prasejarah. Cara memperolehnya bisa dilakukan dengan jalan eskavasi dan memerlukan ketelitian yang tinggi
tingkatannya.
b.
Jejak
yang secara sengaja, yaitu jejak yang ditinggalkan oleh
mereka yang mengalami kejadian yang dipelihara dan diteruskan untuk menjadi
bahan informasi kepada generasi pewarisnya. Termasuk jejak kelompok ini adalah
jejak yang terpelihara, karena orang telah memiliki kesadaran dari segi
kemanfaatannya. Jejak-jejak masa lampau jenis ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
§ Jejak ahistoris,
yaitu jejak yang menurut penilaian sejarawan tidak dapat memberikan informasi
atau keterangan yang mengandung nilai sejarah, tidak ada hubungannya dengan
aspek tertentu (politik/ekonomi/social dan lain-lain) yang baru ditekuni
sejarawan.
§ Jejak historis, yaitu
jejak yang menurut penilaian sejarawan memiliki atau mengandung informasi
tentang kejadian-kejadian yang historis, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan studi dalam rangka rekrontruksi kajadian-kejadian itu, dalam bentuk kisah
sejarah. Jejak historis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jejak sejarah yang
material yang non material. Jejak yang material dapat berwujud benda tertulis
maupun tidak tertulis, sehingga untuk memudahkan jejak sejarah dapat dibagi
menjadi tiga jenis sebagai berikut:
·
Jejak Nonmaterial (Immaterial)
Yang
termsuk dalam jejak immaterial adalah ketentuan-ketentuan yang masih hidup atau
terdapat dalam masyarakat, yang dapat berupa : lembaga-lembaga social,
kepercayaan, adat istiadat, norma-norma etik yang berlaku, lagu, tradisi,
legenda, takhayul, bahasa dan lain sebagainya. Termasuk jenis ini dapat disebut
accepted history, yaitu pengetahuan
yang dapat memberikan pengertian pada kita tentang apa yang dianggap pernah
terjadi pada masa lampau. Jenis jejak immaterial ini tidak dapat diraba
melainkan hanya bisa diketahui, sebab terdapat dan masaih berlaku hidup dalam
masyarakat, serta memliki pengaruh yang cukup besar. Untuk mendapatkan jejak
semacam ini kita cukup menggunakan penalaran kita, sebab eksistensinya ada di
masyarakat. Namun demikian untuk jejak ini perlu penggunaan kemampuan analisa
secara tajam, mengingat masa pra sejarah banyak diwarnai oleh hal-hal yang
berada di luar logika.
·
Jejak Material
Yang dimaksud dengan
jejak material ialah jejak dari hasil aktivitas manusia masa lampau yang
menghasilkan wujud (benda). Jejak material dapat bewujud : patung, bangunan
megalitikum, dan benda-benda lain. Cara memperolehnya bisa mendapatkan secara
langsung dan juga dapat melalui penggalian di suatu tempat yang sangat mungkin
ada kehidupan masa lalu di mana ada peninggalan jejak sejarah.
·
Jejak Tertulis
Kesaksian tertulis atau
jejak tertulis adalah segala sesuatu peninggalan pada masa lampau yang dapat
memberikan keterangan berupa bahasa tulis. Jenis jejak ini dapat berupa mata
uang inskripsi (termasuk jejak material dan sekaligus jejak tertulis). Dalam
arti yang sangat terbatas jejak tertulis ini identik dengan dokumen. Khusus
untuk jenis jejak tertulis ini dalam penelitian masa pra sejarah jelas tidak
mungkin ditemukan.
Dalam kaitannya dengan identifikasi
terhadap tradisi sejarah Indonesia sebelum mengenal tulisan pembagian tersebut
di atas sangat membantu dalam usaha untuk merekonstruksi masa pra sejarah,
khususnya untuk jejak non material di antaranya melalui penelitian
tradisi-tradisi asli bangsa Indonesia. Tradisi-tradisi yang dianggap asli milik
bangsa Indonesia yang sampai kepada kita sekarang ini dikelompokkan oleh para
ahli, antara lain sebagai berikut.
a.
Kemampuan
Berlayar
Kedatangan
Nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari daratan Asia di Nusantara
diperkirakan pada sekitar tahun 2000 sebelum Masehi. Mereka menggunakan perahu
yang telah mampu berlayar mengarungi samudera sehingga memungkinkan mereka
dapat menyebar ke barat sampai di Pulau Madagaskar, ke selatan sampai di
Selandia Baru, ke timur sampai di Pulau Paskah, dan ke utara sampai di Jepang.
Kemampuan berlayar yang demikian luas tentunya disertai dengan pengetahuan astronomi,
yaitu pengetahuan tentang perbintangan. Salah satu ciri khusus perahu nenek
moyang kita adalah perahu bercadik,
yaitu alat dari bambu dan kayu yang dipasang di kanan-kiri perahu agar tidak
mudah oleng. Kemampuan berlayar nenek moyang bangsa Indonesia yang demikian
jauh dapat diketahui dari persamaan perbendaharaan bahasa yang dipergunakan
oleh penduduk asli di antara keempat wilayah tersebut.
Untuk
mengarungi samudra yang demikian luas maka diperlukan pengetahuan astronomi
terutama untuk palayaran waktu malam hari atau kalau cuaca tidak mendukung.
Maka nenek moyang kita salah satunya menggunakan rasi bintang pari kalau orang
jawa menyebutnya bintang gubuk penceng
yang menunjuk arah selatan.
b. Mengatur Masyarakat
Masyarakat
prasejarah hidup secara berkelompok. Mereka biasanya saling bahu membahu dalam
mencari makanan, bertahan hidup maupun dalam berpindah-pindah dari suatu tempat
ke tempat lain. Setelah berpindah-pindah mereka kemudian mulai hidup menetap.
Dalam kehidupan yang sudah menetap, maka diperlukan adanya aturan
bermasyarakat. Dari penelitian desa-desa kuno di Indonesia dapat diketahui
bahwa salah satu aturan yang telah dikenal adalah cara memilih seorang
pemimpin. Seorang pemimpin dipilih berdasarkan kemampuan dia untuk dapat
melindungi masyarakat-masyarakat terhadap gangguan dari kelompok lain, kekuatan
roh jahat, dan dapat mengatur masyarakat dengan baik, dipilih untuk jadi
pemimpin. Jika pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh para pengikutnya.
c. Seni Gamelan
Gamelan biasanya kita
kenal kalau kita melihat pertunjukan wayang kulit maupun wayang orang. Agar
pertunjukkan wayang dapat lebih dinikmati, perlu dibantu oleh gamelan sebagai
alat musik pengiring. Beberapa alat gamelan itu diantaranya adalah
1. Bonang
merupakan gong kecil-kecil yang diletakkan pada tali direntangkan dan dipukul
dari atas
2. Gong
bentuknya besar dan digantung serta di pukul dari samping
3. Gambang
merupakan alat dari kayu dan cara membunyikannya dipukul dari atas.
4. Rebab
merupakan alat semacam biola pada zaman sekarang
5. Gendang
merupakan semacam genderang yang diletakkan mendatar dan ditabuh kiri-kanannya.
d. Sistem Macapat
Sistim
macapat merupakan warisan nenek moyang yang sampai sekarang masih bisa dilihat
peninggalannya. Sistim ini sangat menarik dan mengandung satu penataan kota
yang sudah rapi dan maju. Macapat sendiri, artinya tata cara yang di dasarkan
pada jumlah empat. Pusat pemerintahan letaknya di tengah wilayah yang dikuasai.
Di pusat kota atau pemerintahan terdapat alun-alun atau tanah lapang. Di empat
penjuru alun-alun itu terdapat bangunan-bangunan yang penting, seperti keraton,
tempat pemujaan, pasar, dan penjara. Susunan demikian masih banyak dijumpai
pada kota-kota lama. Tata kota yang sedemikian rupa bagusnya merupakan
peninggalan nenek moyang yang tidak ternilai harganya.
e. Kepandaian Bersawah
Setelah
manusia mulai hidup agak menetap mereka mulai mengenal yang namanya bercocok
tanam. Kehidupan manusia prasejarah mulai menetap sejak jaman Neolithikum. Hal
ini mendorong manusia prasejarah untuk hidup menghasilkan bahan makanan
sendiri. Maka mereka mulai mengenal cara bercocok tanam. Pada awalnya cara
bercocok tanam dilakukan dengan system ladang, tetapi untuk lebih meningkatkan
produksi pangan berupa padi dipergunakan system sawah. Untuk itu, mereka
tentunya harus membuat tata pengaturan saluran air agar tanaman mereka tetap
bisa hidup.
f. Kesenian Wayang
Masyarakat
yang sudah hidup menetap dalam waktu yang relatif lama dalam satu tempat pasti
memerlukan adanya hiburan. Hiburan biasanya berupa kesenian. Di antara kesenian
yang lahir pada masa itu ada wayang. Kesenian wayang tidak mutlak karena
nilai-nilai seni tetapi berawal pada pemujaan roh nenek moyang. Boneka-boneka
perwujudan nenek moyang dimainkan oleh dalang pada malam hari. Dengan
menempatkan lampu di belakang dan tirai di depan dalang, boneka yang dimainkan
itu menimbulkan bayangan pada tirai. Anak cucu menyaksikan bayangan itu dari
balik tirai. Roh nenek moyang yang seolah-olah masuk pada dalang menyuarakan
nasihat-nasihat kepada anak cucu.
Asal
kata wayang sendiri memang sulit diterjemahkan karena dapat berarti bayangan,
gambar, atau pencitraan seseorang. Wayang sebagai kebudayaan peninggalan nenek
moyang kita mengalami beberapa perkembangan. Perkembangan terjadi terutama
setelah kebudayaan Hindu datang dan berinteraksi dengan kebudayaan Hindhu.
Nasehat dan kisah nenek moyang itu diganti dengan cerita dari Mahabarata dan
Ramayana yang lebih menarik.
g. Seni membuat barang dari logam
Seni
membuat barang dari logam dikenal oleh nenek moyang kita sejak jaman
prasejarah. Seni membuat barang dari logam berasal dari Dongson Vietnam. Teknik
pembuatan logam ada dua macam yaitu teknik a cire perdue dan teknik bivolve.
Barang-barang yang dibuat pada waktu itu selain untuk kebutuhan hidup juga yang
berhubungan dengan kepercayaan. Di Indonesia seni membuat barang dari logam
disebut jaman perunggu.
h. Perdagangan
Perdagangan
sudah dikenal oleh masyarakat kita sejak mereka mulai hidup menetap. Tetapi
perdagangan pada waktu itu adalah dengan sistim barter yaitu dengan cara tukar
menukar barang yang berupa hasil alam terutama yang menyangkut kebutuhan pokok
untuk kehidupan sehari-hari.