PROSES MANAJEMEN
DAN
PENTINGNYA VISI MISI LEMBAGA
PENDIDIKAN
Diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah
MANAJEMEN
MUTU PENDIDIKAN ISLAM
(
T Q M )
Dosen
Pengampu : Dr. H. FATAH SYUKUR. M.Ag
Oleh
:
Mudjtahid (
132610000016 )
PROGRAM
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
(
UNISNU )
2014
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan syukur kehadirat Allah Subhanallahu ta’ala yang senantiasa
melimpahkan Rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan tugas perkuliahan yang berjudul “ PROSES
MANAJEMEN DAN PENTINGNYA VISI MISI LEMBAGA PENDIDIKAN ” Sholawat serta salam
kami haturkan ke pangkuan Nabi besar Muhammad SAW. Yang mana telah membawa
masyarakat yang Jahiliyah menuju zaman
Islamiyah yang sangat maju.
Dalam
menyelesaikan Tugas ini penulis banyak mendapat bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Maka dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr.
H. Fatah Syukur .M.Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Mutu
Pendidikan Islam ( TQM )
2.
Segenap Bapak dan Ibu Dosen
Pasca Sarjana di Universitas Islam Nahdlatul Ulama ( UNISNU ) Jepara
3.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
penyusunan karya tulis ini.
Akhirnya penulis
menyadari bahwa penyusunan Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis berharap kepada seluruh pembaca untuk memberikan saran dan kritik,
demi menyempurnakan tugas ini. Semoga tulisan ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jepara, April 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB
.I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………... 1
B. Rumusan
Masalah…………………………………………….. 2
C. Tujuan
Pembahasan…………………………………………... 2
BAB.
II. PEMBAHASAN
A. Proses
Manajemen……………….…………………………… 3
B. Urgensi
Manajemen pendidikan....…………………………. 4
C. Efektifitas
Manajemen Dalam Pendidikan…………………. 9
D. Perumusan
Visi Misi Lembaga Pendidikan………………….. 10
BAB. III.
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………. 13
B. Saran
………………………………………………………….. 13
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
. I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan komponen yang memiliki peranan yang
strategis bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan.
Salah satu tujuan Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinia
keempat adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk mewujudkan hal tersebut
dibutuhkan usaha yang terencana dan terprogram dengan jelas dalam agenda
pemerintah yang berupa penyelenggaraan pendidikan.
Tujuan pendidikan Negara Indonesia yang tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat
bangsa dan negara.[[1]]
Agar kegiatan pendidikan tersebut terencana dengan baik maka dibutuhkan
kurikulum pendidikan.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diberikan tugas untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional harus menjalankan perannya dengan baik.
Dalam menjalankan peran sebagai lembaga pendidikan ini, sekolah harus dikelola
dengan baik agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan
dengan optimal.[[2]]
Pengelolaan sekolah secara tidak profesional dapat
menghambat langkah sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga
pendidikan formal, dibutuhkan rencana strategis sebagai suatu upaya atau cara
untuk mengendalikan sekolah secara efektif dan efisien. Komponen dalam
perencanaan strategis paling tidak terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran dan
strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran). Perumusan terhadap visi, misi,
tujuan, sasaran dan strategi tersebut harus dilakukan pengelola sekolah, agar
sekolah memiliki arah kebijakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan yang
diharapkan.
Manajemen sebagai suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer, dalam kaitannya dengan pencapaian
tujuan organisasi sekolah dapat dijabarkan melalui proses yang harus dilakukan
berdasarkan tahapan-tahapan tertentu. Proses manajemen strategis diartikan
sebagai proses manajemen dalan mengerakkan organisasi.[[3]]
Proses kegiatan manajemen yang
dilakukan oleh seorang manajer memang masih menjadi perdebatan, karena setiap
ahli mengemukakan pendapat yang berbeda sesuai dengan aktivitas yang dilakukan
dalam kegiatan manajemen. Dalam prakteknya pembagian proses ini tidak dapat
dibedakan secara tegas dan tajam, karena setiap manajer dalam setiap usaha atau
aktivitas pencapaian tujuan harus melaksanakan semua proses manajemen, hanya
penekanannya yang berbeda.
Setiap manajer sekolah dalam
pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya dan kepemimpinannya untuk mencapai tujuan
harus melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian
dengan baik.
B. Rumusan
masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis memaparkan tentang :
1. Bagaimana Proses manajemen yang baik
di lembaga pendidikan ?
2.
Bagaimana
peran Visi dan Misi dalam menentukan manajemen sekolah ?
C.
Tujuan Pembahasan
1. Menyajikan Proses manajemen yang
baik di lembaga pendidikan
2. Menyajikan peran Visi dan Misi dalam
menentukan manajemen sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PROSES MANAJEMEN
Manajemen
sebagai suatu disiplin Ilmu, dalam pelaksanaannya menenpati posisi yang sangat
strategis dalam pembangunan ekonomi dan kemasyarakatan dalam setiap Negara.
Manajemen harus menjadi dasar pada rekasaya masyarakat dan Negara, karena untuk
menciptakan pemerintah yang bersih dan efisien. [[4]]
Manajemen
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer, dalam
kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi sekolah dapat dijabarkan melalui
proses yang harus dalakukan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.
Setiap
manajer sekolah dalam pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya dan kepemimpinannya
untuk mencapai tujuan harus melakukan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian dengan baik.
Seorang manajer sekolah dalam pencapaian sekolah
melakukan serangkaian aktivitas yang saling berhubungan dan memiliki tingkatan
atau jenjang tertentu, dalam hal ini yang dimaksud dengan proses. Proses manajemen
yang bersifat mendasar adalah
sebagaimana yang dikemukakan oleh G.R. Terry [[5]]
yaitu meliputi:
1. Perencanaan
(Planning)
Merencanakan
pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada massa yang akan
datang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur sumber daya agar hasil yang
dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Perencanaan
merupakan sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada
periode tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. [[6]].
2. Pengorganisasian
(Organizing)
Pengorganisasian
adalah salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai peranan penting seperti
halnya fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya
yang di miliki oleh organisasi (manusia dan bukan manusia) akan diatur
penggunanya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Pengorganisasian
adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur bebagai macam
kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok, wewenang dan pendelegasian wewenang
oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
3. Penggerakan
(actuating)
Penggerakan
merupakan fungsi fundamental dalam manajemen. Penggerakan dapat didefinisikan
sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para
anggota organisasi agar mau sab ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi
tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektof, dan ekonomi.
4. Pengawasan
(controlling)
Pengawasan merupakan proses
pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua
pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Pengawasan mutlak diselenggarakan oleh manager yang secara langsung
mengendalikan kegiatan-kegiatan teknik yang diselenggarakan oleh semua petugas
operasional. Proses dasar pengawasan terdiri atas tiga tahap, yaitu:
1. Penentuan Standar Hasil Kerja
2. Pengukuran Prestasi Kerja
3. Koreksi terhadap Penyimpangan
B. URGENSI MANAJEMEN
PENDIDIKAN
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan
menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen
pendidikan. Modal ini akan dapat menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan
pendidikan. Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan
kualitas. Ketika melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian
modal menjadi pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen
yang tinggi, maka secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino (positif)
dalam pengelolaan organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran, biaya,
serta marketing pendidikan.
Untuk menuju point education change (perubahan pendidikan) secara
menyeluruh, maka manajemen pendidikan adalah hal yang harus diprioritaskan
untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out-put yang diinginkan.
Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang
bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional,
sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari
modernitas.
Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi, niscaya
tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya
profesionalisme tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar,
hingga kekerasan dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada
dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian
tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat fungsi dasar: planning, organizing,
actuating, dan controlling dalam penggunaan sumberdaya organisasi. Karena
itulah, aplikasi manajemen organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM
organisasiyang bersangkutan.
a)
Planning
Satu-satunya
hal yang pasti di masa depan dari organisasi apapun termasuk lembaga pendidikan
adalah perubahan, dan perencanaan penting untuk menjembatani masa kini dan masa
depan yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Perencanaan merupakan proses menentukan apa yang
seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Perencanaan
amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang berhasil,
terutama karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staff,
dan pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik.
Tanpa
perencanaan sistem tersebut tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri
dengan kekuatan-kekuatan lingkungan yang berbeda. Dalam sistem terbuka,
perubahan dalam sistem terjadi apabila kekuatan lingkungan menghendaki atau
menuntut bahwa suatu keseimbangan baru perlu diciptakan dalam organisasi
tergantung pada rasionalitas pembuat keputusan. Bagi sistem sosial,
satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan menyesuaikan diri ialah
pengambilan keputusan manusia dan proses perencanaan.
Menurut Ahamad
Slamet ( 2007 ) ada 4 tahapan dalam perencanaan, diantaranya:
1.
Menetapkan tujuan
2.
Merumuskan keadaan
3.
Mengidentifikasi segala peluang dan
hambatan
4.
Mengembangkan rencana/ rangkaian kegiatan.
[[7]]
Gambaran
stratifikasi rencana dalam manajemen [[8]]
b)
Organizing
Tujuan pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi dengan
menerapkan tugas dan hubungan wewenang. Mendifinisikan
pengorganisasian sebagai suatu proses
penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas
ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara
relative didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktivitas-aktivitas tersebut.[[9]]
Dalam
konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan salah satu aktivitas manajerial
yang juga menentukan berlangsungnya kegiatan kependidikan sebagaimana yang
diharapkan. Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi memiliki berbagai unsur
yang terpadu dalam suatu sistem yang harus terorganisir secara rapih dan tepat,
baik tujuan, personil, manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang,
metode, fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan sosial
budaya.
Sutisna
(1985) mengemukakan bahwa organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan
menggunakan tujuan, kewenangan, dan pengetahuan dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan. Dalam organisasi yang baik semua bagiannya bekerja dalam
keselarasan seakan-akan menjadi sebagian dari keseluruhan yang tak terpisahkan.
Semua itu baru dapat dicapai oleh organisasi pendidikan, manakala dilakukan
upaya: 1) Menyusun struktur kelembagaan, 2) Mengembangkan prosedur yang
berlaku, 3) Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang diterima,
4) Membagi sumber daya instruktur dan karyawan yang ada dalam pekerjaan.[[10]]
c)
Actuating
Dalam
pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan merupakan salah satu aspek
yang sangat penting. Sehingga definisi fungsi pengarahan selalu dimulai dimulai
dan dinilai cukup hanya dengan mendifinisikan kepemimpinan itu sendiri.
Menurut
Kadarman (1996) kepemimpinan dapat diartikan sebagai seni atau proses untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai
tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok. Kepemimpinan juga dapat didefinisikan
sebagai suatu kemampuan, proses atau fungsi yang digunakan untuk mempengaruhi
dan mengarahkan orang lain untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.[[11]]
Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin bertugas untuk
memotivasi, mendorong dan memberi keyakinan kepada orang yang dipimpinnya dalam
suatu entitas atau kelompok, baik itu individu sebagai entitas terkecil sebuah
komunitas ataupun hingga skala negara, untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kapasitas kemampuan yang dimiliki. Pemimpin juga harus dapat memfasilitasi
anggotanya dalam mencapai tujuannya. Ketika pemimpin telah berhasil membawa
organisasinya mencapai tujuannya, maka saat itu dapat dianalogikan bahwa ia
telah berhasil menggerakkan organisasinya dalam arah yang sama tanpa paksaan.
Dalam
konteks lembaga pendidikan, kepemimpinan pada gilirannya bermuara pada
pencapaian visi dan misi organisasi atau lembaga pendidikan yang dilihat dari
mutu pembelajaran yang dicapai dengan sungguh-sungguh oleh semua personil
lembaga pendidikan. Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa kepemimpinan
pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk
mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela. Di dalam
kepemimpinan pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan harus dilandasi
konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang, profesionalitas
dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan organisasi,
tujuan individu dan tujuan pemimpinnya.
d)
Controling
Sebagaimana
yang dikutif Muhammad Ismail Yusanto
(2003), Mockler (1994) mendifinisikan pengawasan sebagai suatu upaya sistematis
untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk
mendesain sistem umpan balik informasi; untuk membandingkan prestasi sesungguhnya
dengan standar yang telah ditetapkan itu; menentukan apakah ada penyimpangan
dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut; dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumberdaya perusahaan
telah digunakan dengan cara yang paling efekif dan efisien guna tercapainya
tujuan .[[12]]
Dalam
konteks pendidikan, Depdiknas (1999) mengistilahkan pengawasan sebagai
pengawasan program pengajaran dan pembelajaran atau supervisi yang harus
diterapkan sebagai berikut:
a.
Pengawasan yang dilakukan pimpinan
dengan memfokuskan pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi para instruktur
atau staf dan tidak semata-mata mencari kesalahan.
b.
Bantuan dan bimbingan diberikan
secara tidak langsung. Para staf diberikan dorongan untuk memperbaiki dirinya sendiri,
sedangkan pimpinan hanya membantu.
c.
Pengawasan dalam bentuk saran yang
efektif
d.
Pengawasan yang dilakukan secara
periodik.[[13]]
C.
EFEKTIVITAS
MANAJEMEN DALAM PENDIDIKAN
Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap pengelolaan
pendidikan haruslah berorientasi pada efektivitas terhadap segala aspek
pendidikan baik dalam pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan (dalam
perspektif syariah). Berikut ini merupakan urgensi manajemen terhadap bidang
manajemen pendidikan:
a.
Manajemen Kurikulum
1.
Mengupayakan efektifitas perencanaan
2.
Mengupayakan efektifitas pengorganisasian
dan koordinasi
3.
Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
4.
Mengupayakan efektifitas
pengendalian/pengawasan
b.
Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher development),
meliputi:
1.
Training.
2.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP)
3.
Inservice Education (Pendidikan
Lanjutan)
c.
Manajemen Siswa
1.
Penerimaan Siswa (Daya Tampung,
Seleksi)
2.
Pembinaan Siswa (Pengelompokkan,
Kenaikan Kelas, Penentuan Program, Ekskul)
3.
Pemberdayaan OSIS
d.
Manajemen Keuangan
Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus berlandaskan pada
prinsip: efektivitas, efisiensi dan pemerataan.
e.
Manajemen Lingkungan
Urgensi manajemen terhadap lingkungan pendidikan bertujuan dalam merangkul
seluruh pihak terkait yang akan berpengaruh dalam segala kebijakan dan
keberlangsungan pendidikan. Manajemen ini berupaya mewujudkan cooperation with
Society dan stake holder identification.
Berkenaan dengan manajemen pendidikan, Islam telah menggariskan bahwa hakikat
amal perbuatan haruslah berorientasi bagi pencapaian ridla Allah SWT. Bila
perbuatan manusia memenuhi dua syarat itu sekaligus, maka amal itu tergolong
ahsan (ahsanul amal), yakni amal terbaik di sisi Allah SWT. Dengan demikian,
keberadaan manajemen organisasi dipandang pula sebagai suatu sarana untuk
memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan organisasi.
D. MERUMUSKAN
VISI, MISI DAN TUJUAN LEMBAGA PENDIDIKAN
1.
Visi
Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan
ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi adalah pernyataan yang
diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat ini yang
menjangkau masa yang akan datang.[[14]]
Bagi sekolah Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah
yang diinginkan di masa datang. Imajinasi ke depan seperti itu akan selalu
diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi di masa datang.
Dalam menentukan visi tersebut, sekolah harus memperhatikan perkembangan dan
tantangan masa depan.
Bagi suatu organisasi visi memiliki peranan yang penting dalam menentukan
arah kebijakan dan karakteristik organisasi tersebut. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam merumuskan sebuah visi menurut Bryson antara lain:
1.
Visi harus dapat memberikan
panduan/arahan dan motivasi.
2.
Visi harus desebarkan di kalangan
anggota organisasi (stakeholder)
3.
Visi harus digunakan untuk
menyebarluaskan keputusan dan tindakan organisasi yang penting.[[15]]
Menurut Akdon (2006:96), terdapaat beberapa kriteri dalam merumuskan visi,
antara lain:
1.
Visi bukanlah fakta, tetapi gambaran
pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan.
2.
Visi dapat memberikan arahan,
mendorong anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja yang baik.
3.
Dapat menimbulkan inspirasi dan siap
menghadapi tantangan
4.
Menjembatani masa kini dan masa yang
akan datang.
5.
Gambaran yang realistik dan kredibel
dengan masa depan yang menarik.
6.
Sifatnya tidak statis dan tidak
untuk selamanya.[[16]]
2.
Misi
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang.
Ada beberapa kriteria dalam pembuatan misi pada lembaga pendidikan, antara
lain:
a.
Penjelasan tentang produk atau
pelayanan yang ditawarkan yang sangat diperlukan oleh masyarakat.
b.
Harus jelas memiliki sasaran publik
yang akan dilayani.
c.
Kualitas produk dan pelayanan yang
ditawarkan memiliki daya saing yang meyakinkan masyarakat.
d.
Penjelasan aspirasi bisinis yang
diinginkan pada masa mendatang juga bermanfaat dan keuntungannya bagi
masyarakat dengan produk dan pelayanan yang tersedia.[[17]]
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan misi sekolah antara
lain:
1.
Pernyataan misi sekolah harus
menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh sekolah.
2.
Rumusan misi sekolah selalu dalam
bentuk kalimat yang menunjukkan “tindakan” dan bukan kalimat yang menunjukkan
“keadaan” sebagaimana pada rumusan visi.
3.
Satu indikator visi dapat dirumuskan
lebih dari satu rumusan misi. Antara indikator visi dengan rumusan misi harus
ada keterkaitan atau terdapat benang merahnya secara jelas.
4.
Misi sekolah menggambarkan tentang
produk atau pelayanan yang akan diberikan pada masyarakat (siswa)
5.
Kualitas produk atau layanan yang
ditawarkan harus memiliki daya saing yang tinggi, namun disesuaikan dengan
kondisi sekolah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses
manajemen adalah
daur beberapa gugusan kegiatan dasar yang berhubungan secara integral, yang
dilaksanakan di dalam manajemen secara umum, yaitu proses perencanaan, proses pengorganisasian, proses
pelaksanaan
dan proses
pengendalian,
dalam rangka mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis.
2. Visi adalah
pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses
manajemen saat ini yang menjangkau masa yang akan datang.
3. Misi adalah
pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan di masa datang.
B. Saran
1.
Setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus
memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif
dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu
dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
2.
Seorang manager sekolah, di samping harus mampu
melaksanakan proses manajemen yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga
dituntut untuk memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan
pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Dr.Prim masrokan Mutohar, Mpd:
Manajemen Mutu Sekolah. Jogyakarta, Ar-ruzz Media,2013
3. Achmad Slamet,Dr. M.Si : manajemen
sumber daya manusia, Semarang,UNNES PRESS,2007
4. Drs. Eko Mochtar Effendy : Manajemen
suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam , Palembang, Bhratara, 1985.
5. Kadarman, A.M.: Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta,
Gramedia . 1996
6. Rusyan, A. Tabrani : Manajemen Kependidikan. Bandung:
Media Pustaka,1992
7. Sutisna, Oteng : Administrasi Pendidikan. Bandung:
Angkasa. 1985
8. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia : NOMOR 19 TAHUN 1999,
tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
9. Akdon : Strategic Managemen for Educational
Management. Bandung: Alfabeta, 2006
10. Bryson, John M.Perencanaan Strategis bagi Organisasi
sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2001
- Ismail, M. Yusanto. 2003. Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II. Jakarta, Khairul Bayan.
[2].
Dr.Prim masrokan Mutohar, Mpd: MANAJEMEN MUTU SEKOLAH. Jogyakarta,
Ar-ruzz Media,2013, hal- 8
[3]
. Dr.H. Achmad Slamet.M.Si.MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, Semarang,
UNNES PRESS, 2007, hal-8
[4].
Drs. Eko Mochtar Effendy : MANAJEMEN SUATU PENDEKATAN BERDASARKAN AJARAN
ISLAM, Palembang, Bhratara, 1985. Hal- 8
[5]
. Dr.H. Achmad Slamet.M.Si.MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA. Hal-6
[6]
. Dr.Prim masrokan Mutohar, Mpd: MANAJEMEN MUTU SEKOLAH. Hal- 40
[7]
. Dr.H.
Achmad Slamet.M.Si.MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA. Hal-9
[13]
. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia :
NOMOR 19 TAHUN 1999. tentang
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
[15]
. Bryson, John M : Perencanaan Strategis bagi Organisasi sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.2001, hal-64
[16]
. Akdon :
Strategic Managemen for Educational Management. Hal-96
[17]
. Akdon :
Strategic Managemen for Educational Management. Hal-98