Minggu, 30 Juni 2013

Jejak Sejarah pada Folklor dan Lagu Daerah di Indonesia


            Masyarakat praaksara meskipun belum mengenal tulisan bukan berarti mereka tidak meninggalkan tradisi-tradisi sejarah. Selain meninggalkan barang-barang berupa benda seperti artefak, fosil, peralatan hidup dan sebagainya mereka juga melahirkan tradisi-tradisi yang sangat bermanfaat bagi kita sampai sekarang. Tradisi ini biasanya di dalam sejarah dikenal dengan tradisi lisan. Tradisi ini sampai kepada kita melalui berbagai cara diantaranya dengan cerita dari orang tua kepada anak-anaknya, cerita dari generasi ke generasi berikutnya, melalui adat istiadat, upacara keagamaan, lewat gambar-gambar dan sebagainya. Sejarah berjalan seiring dengan terjadinya suatu kejadian di masa lampau yang kemudian dikenal dengan peristiwa sejarah.
            Masa lampau yang telah jauh meninggalkan kita, yang memang hanya sekali terjadi, tidak mungkin dapat disaksikan lagi. Dengan demikian pengamatan masa pra sejarah secara langsung sebagai objek sejarah merupakan hal yang tidak mungkin. Namun demikian kejadian yang dianggap sudah berlalu tidak musnah sama sekali, karena masa lampau banyak meninggalkan bekas-bekasnya. Bekas-bekas yang dapat memberikan sumbangan bagi studi sejarah inilah yang kemudian disebut jejak-jejak sejarah. Jejak-jejak sejarah tersebut dapat dibedakan menjadi:
a.       Jejak-jejak yang tidak sengaja, yaitu jejak yang ditinggalkan oleh mereka yang mengalami kejadian untuk diketahui dan di gunakan pada saat itu saja tanpa memikirkan tentang keterkaitan dengan masa yang akan datang. Termasuk dalam kelompok ini adalah alat-alat baik berupa artefak maupun alat-alat lain, seperti gua. Batu Megalitikum dan sejenisnya yang ditinggalkan karena tidak lagi digunakan. Jejak demikian itu pada umumnya dapat diperoleh dari peninggalan masyarakat kuno, terutama zaman prasejarah. Cara memperolehnya bisa dilakukan dengan jalan eskavasi dan  memerlukan ketelitian yang tinggi tingkatannya.
b.      Jejak yang secara sengaja, yaitu jejak yang ditinggalkan oleh mereka yang mengalami kejadian yang dipelihara dan diteruskan untuk menjadi bahan informasi kepada generasi pewarisnya. Termasuk jejak kelompok ini adalah jejak yang terpelihara, karena orang telah memiliki kesadaran dari segi kemanfaatannya. Jejak-jejak masa lampau jenis ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
§  Jejak ahistoris, yaitu jejak yang menurut penilaian sejarawan tidak dapat memberikan informasi atau keterangan yang mengandung nilai sejarah, tidak ada hubungannya dengan aspek tertentu (politik/ekonomi/social dan lain-lain) yang baru ditekuni sejarawan.
§  Jejak historis, yaitu jejak yang menurut penilaian sejarawan memiliki atau mengandung informasi tentang kejadian-kejadian yang historis, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan studi dalam rangka rekrontruksi kajadian-kejadian itu, dalam bentuk kisah sejarah. Jejak historis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jejak sejarah yang material yang non material. Jejak yang material dapat berwujud benda tertulis maupun tidak tertulis, sehingga untuk memudahkan jejak sejarah dapat dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut:
·        Jejak Nonmaterial (Immaterial)
Yang termsuk dalam jejak immaterial adalah ketentuan-ketentuan yang masih hidup atau terdapat dalam masyarakat, yang dapat berupa : lembaga-lembaga social, kepercayaan, adat istiadat, norma-norma etik yang berlaku, lagu, tradisi, legenda, takhayul, bahasa dan lain sebagainya. Termasuk jenis ini dapat disebut accepted history, yaitu pengetahuan yang dapat memberikan pengertian pada kita tentang apa yang dianggap pernah terjadi pada masa lampau. Jenis jejak immaterial ini tidak dapat diraba melainkan hanya bisa diketahui, sebab terdapat dan masaih berlaku hidup dalam masyarakat, serta memliki pengaruh yang cukup besar. Untuk mendapatkan jejak semacam ini kita cukup menggunakan penalaran kita, sebab eksistensinya ada di masyarakat. Namun demikian untuk jejak ini perlu penggunaan kemampuan analisa secara tajam, mengingat masa pra sejarah banyak diwarnai oleh hal-hal yang berada di luar logika.
·        Jejak Material
Yang dimaksud dengan jejak material ialah jejak dari hasil aktivitas manusia masa lampau yang menghasilkan wujud (benda). Jejak material dapat bewujud : patung, bangunan megalitikum, dan benda-benda lain. Cara memperolehnya bisa mendapatkan secara langsung dan juga dapat melalui penggalian di suatu tempat yang sangat mungkin ada kehidupan masa lalu di mana ada peninggalan jejak sejarah.

·        Jejak Tertulis
Kesaksian tertulis atau jejak tertulis adalah segala sesuatu peninggalan pada masa lampau yang dapat memberikan keterangan berupa bahasa tulis. Jenis jejak ini dapat berupa mata uang inskripsi (termasuk jejak material dan sekaligus jejak tertulis). Dalam arti yang sangat terbatas jejak tertulis ini identik dengan dokumen. Khusus untuk jenis jejak tertulis ini dalam penelitian masa pra sejarah jelas tidak mungkin ditemukan.
Dalam kaitannya dengan identifikasi terhadap tradisi sejarah Indonesia sebelum mengenal tulisan pembagian tersebut di atas sangat membantu dalam usaha untuk merekonstruksi masa pra sejarah, khususnya untuk jejak non material di antaranya melalui penelitian tradisi-tradisi asli bangsa Indonesia. Tradisi-tradisi yang dianggap asli milik bangsa Indonesia yang sampai kepada kita sekarang ini dikelompokkan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut.
a.      Kemampuan Berlayar
Kedatangan Nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari daratan Asia di Nusantara diperkirakan pada sekitar tahun 2000 sebelum Masehi. Mereka menggunakan perahu yang telah mampu berlayar mengarungi samudera sehingga memungkinkan mereka dapat menyebar ke barat sampai di Pulau Madagaskar, ke selatan sampai di Selandia Baru, ke timur sampai di Pulau Paskah, dan ke utara sampai di Jepang. Kemampuan berlayar yang demikian luas tentunya disertai dengan pengetahuan astronomi, yaitu pengetahuan tentang perbintangan. Salah satu ciri khusus perahu nenek moyang kita adalah perahu bercadik, yaitu alat dari bambu dan kayu yang dipasang di kanan-kiri perahu agar tidak mudah oleng. Kemampuan berlayar nenek moyang bangsa Indonesia yang demikian jauh dapat diketahui dari persamaan perbendaharaan bahasa yang dipergunakan oleh penduduk asli di antara keempat wilayah tersebut.
Untuk mengarungi samudra yang demikian luas maka diperlukan pengetahuan astronomi terutama untuk palayaran waktu malam hari atau kalau cuaca tidak mendukung. Maka nenek moyang kita salah satunya menggunakan rasi bintang pari kalau orang jawa menyebutnya bintang gubuk penceng yang menunjuk arah selatan.
b.      Mengatur Masyarakat
Masyarakat prasejarah hidup secara berkelompok. Mereka biasanya saling bahu membahu dalam mencari makanan, bertahan hidup maupun dalam berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Setelah berpindah-pindah mereka kemudian mulai hidup menetap. Dalam kehidupan yang sudah menetap, maka diperlukan adanya aturan bermasyarakat. Dari penelitian desa-desa kuno di Indonesia dapat diketahui bahwa salah satu aturan yang telah dikenal adalah cara memilih seorang pemimpin. Seorang pemimpin dipilih berdasarkan kemampuan dia untuk dapat melindungi masyarakat-masyarakat terhadap gangguan dari kelompok lain, kekuatan roh jahat, dan dapat mengatur masyarakat dengan baik, dipilih untuk jadi pemimpin. Jika pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh para pengikutnya.
c.       Seni Gamelan
Gamelan biasanya kita kenal kalau kita melihat pertunjukan wayang kulit maupun wayang orang. Agar pertunjukkan wayang dapat lebih dinikmati, perlu dibantu oleh gamelan sebagai alat musik pengiring. Beberapa alat gamelan itu diantaranya adalah
1.      Bonang merupakan gong kecil-kecil yang diletakkan pada tali direntangkan dan dipukul dari atas
2.      Gong bentuknya besar dan digantung serta di pukul dari samping
3.      Gambang merupakan alat dari kayu dan cara membunyikannya dipukul dari atas.
4.      Rebab merupakan alat semacam biola pada zaman sekarang
5.      Gendang merupakan semacam genderang yang diletakkan mendatar dan ditabuh kiri-kanannya.
d.      Sistem Macapat
Sistim macapat merupakan warisan nenek moyang yang sampai sekarang masih bisa dilihat peninggalannya. Sistim ini sangat menarik dan mengandung satu penataan kota yang sudah rapi dan maju. Macapat sendiri, artinya tata cara yang di dasarkan pada jumlah empat. Pusat pemerintahan letaknya di tengah wilayah yang dikuasai. Di pusat kota atau pemerintahan terdapat alun-alun atau tanah lapang. Di empat penjuru alun-alun itu terdapat bangunan-bangunan yang penting, seperti keraton, tempat pemujaan, pasar, dan penjara. Susunan demikian masih banyak dijumpai pada kota-kota lama. Tata kota yang sedemikian rupa bagusnya merupakan peninggalan nenek moyang yang tidak ternilai harganya.

e.       Kepandaian Bersawah
Setelah manusia mulai hidup agak menetap mereka mulai mengenal yang namanya bercocok tanam. Kehidupan manusia prasejarah mulai menetap sejak jaman Neolithikum. Hal ini mendorong manusia prasejarah untuk hidup menghasilkan bahan makanan sendiri. Maka mereka mulai mengenal cara bercocok tanam. Pada awalnya cara bercocok tanam dilakukan dengan system ladang, tetapi untuk lebih meningkatkan produksi pangan berupa padi dipergunakan system sawah. Untuk itu, mereka tentunya harus membuat tata pengaturan saluran air agar tanaman mereka tetap bisa hidup.
f.       Kesenian Wayang
Masyarakat yang sudah hidup menetap dalam waktu yang relatif lama dalam satu tempat pasti memerlukan adanya hiburan. Hiburan biasanya berupa kesenian. Di antara kesenian yang lahir pada masa itu ada wayang. Kesenian wayang tidak mutlak karena nilai-nilai seni tetapi berawal pada pemujaan roh nenek moyang. Boneka-boneka perwujudan nenek moyang dimainkan oleh dalang pada malam hari. Dengan menempatkan lampu di belakang dan tirai di depan dalang, boneka yang dimainkan itu menimbulkan bayangan pada tirai. Anak cucu menyaksikan bayangan itu dari balik tirai. Roh nenek moyang yang seolah-olah masuk pada dalang menyuarakan nasihat-nasihat kepada anak cucu.
Asal kata wayang sendiri memang sulit diterjemahkan karena dapat berarti bayangan, gambar, atau pencitraan seseorang. Wayang sebagai kebudayaan peninggalan nenek moyang kita mengalami beberapa perkembangan. Perkembangan terjadi terutama setelah kebudayaan Hindu datang dan berinteraksi dengan kebudayaan Hindhu. Nasehat dan kisah nenek moyang itu diganti dengan cerita dari Mahabarata dan Ramayana yang lebih menarik.
g.      Seni membuat barang dari logam
Seni membuat barang dari logam dikenal oleh nenek moyang kita sejak jaman prasejarah. Seni membuat barang dari logam berasal dari Dongson Vietnam. Teknik pembuatan logam ada dua macam yaitu teknik a cire perdue dan teknik bivolve. Barang-barang yang dibuat pada waktu itu selain untuk kebutuhan hidup juga yang berhubungan dengan kepercayaan. Di Indonesia seni membuat barang dari logam disebut jaman perunggu.
h.      Perdagangan
Perdagangan sudah dikenal oleh masyarakat kita sejak mereka mulai hidup menetap. Tetapi perdagangan pada waktu itu adalah dengan sistim barter yaitu dengan cara tukar menukar barang yang berupa hasil alam terutama yang menyangkut kebutuhan pokok untuk kehidupan sehari-hari.

JENIS-JENIS SEJARAH


                                                                    Jenis-Jenis Sejarah
1.      Sejarah Dunia
Sudah barang tentu, semua karya sejarah dunia merupakan buku teks, sebagian berupa terjemahan dari karya-karya asing. Sekalipun demikian, ada beberapa studi yang penting mengenai sejumlah Negara atau wilayah yang telah dihasilkan oleh para sejaraawan Indonesia. Lie Tek Tjeng (1961) menulis sebuah disertai mengenai salah satu aspek sejarah Jepang, sedangkan Marwati Djoened Poesponegoro mengajukan sebuah tesis (1968) mengenai kebijakan Prancis pada abad ke-19 terhadap Polandia. Sika Australia yang berubah terhadap Indonesia diuraikan oleh Adil (1973). Sebuah karya pendahuluan nmengenai peranan Indonesia di Asia Tenggara ditulis oleh Mohammad Ali (1963).
Beberapa aspek dari sejarah Asia Tenggara juga diuraikan oleh Lapian, yaitu tentang kolonialisme (1975) dan oleh Taufik Abdullah mengenai Islam (1976), sedangkan studi-studi singkat mengenai Singapura dan Jepang dengan tekanan istimewa pada pembangunan ekonomi di negara-negara terseut ditulis oleh Thee Kian Wie (1973). Mengenai factor-faktor intern dalam politik luar negeri Malaysia, ditulis oleh Taufik Abdullah (1973), mengenai hubungan Filipina dan Amerika ditulis oleh Lapian (1976). Lie Tek Tjeng juga pernah menulis beberapa karangan meengenai Cina dan Jepang Dilihat dari Jakarta (1971, 1973, 1975). Sejumlah studi mengenai Timur Tengah terutama mengenai penyebaran Islam dihasilkan oleh beberapa penulis, sebagian besar tergolong sebagai sejarah popular. Beberapa tulisan oleh Rachman Zainuddin mengenai dinamika politik di Timur Tengah telah di terbitkan.
2.      Sejarah Indonesia 
Sejarah yang mengetengahkan berbagai peristiwa di Indonesia yang menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang bersifat indonesiasentris, contoh di terbitkannya  Sejarah Nasional Indonesia.
3.      Sejarah Lokal
Sejarah lokal senantiasa merupakan persoalan di Indonesia. Salah satu persoalan yang paling penting adalah tumpang-tindih antara batas-batas etnik cultural dan batas-batas pemerintahan (daerah). Sejarah local dapat dibedakan menjadi empat macam, antara lain:
a.       Sejarah nsebagai peristiwa (evenemental history) yang melukiskan peristiwa-peristiwa tertentu dari masa silam. Karya yang paling penting dari jenis ini ditulis oleh Sartono (1966). Sejumlah studi yang lebih kecil pun dapat disebut disini, seperti Pemberontakan Peta, PEmberontakan Republik Maluku Selatan, Peristiwa Tiga  Daerah, Pertempuran Semarang dan lain-lain.
b.      Penelitian struktural  yang lebih menekankan struktur daripada proses. Studi Soemarsaid Moertono mengenai Kerajaan Mataram dan studi Mattulada mengenai Latoa di Sulawesi Selatan termasuk dalam kategori ini. Studi-studi yang lebih kecil lagi adalah dari F.A.Sutjipto  tentang Kerajaan Mataram (1961 dan 1970) dan Ibrahim Alfian mengenai Kerajaan Aceh (1968).
c.       Membahas aspek-aspek tertentu mengenai sejarah local. Salah satu studi yang terpenting dari kategori ini adalah disertai Onghokham yang belum diterbitkan (1975) tentang hubungan antara para petani dan para priyayi dalam Karesidenan Madiun. Mohammad Said menulis sebuah uraian mengenai perkembangan pers di Sumatra Utara (1976) dan sebuah uraian yang membangkitkan rasa ngeri tentang kuli kontrak di perkebunan-perkebunan Deli pada masa colonial (1977).
d.      Pembahasan sejarah local umum tentang daerah-daerah tertentu dari masa kun sampai masa kini. Sebagian besar dari buku-buku ini tergolong sejarah popular. Sebagian besar tidak menyebut sumber-sumber sejarahnya dan sering buku-buku itu sangat dipengaruhi oleh asumsi-asumsi tradisional tentang masa lampau yang gemilang. Beberapa buku yang mutunya lebih baik daripada mutu rata-rata, antara lain M.D.Mansur et al. tentang Minangkabau (1970), Watuseke tentang Minahasa (tanpa menyebut tahunnya), dan Mohammad Said tentang Aceh (1961).
Taufik Abdullah telah membicarakan berbagai pengertian awal, masalah metodologis, corak studi, dan contoh beberapa aspek sejarah local dengan panjang lebar dalam bukunya (1979). Selain itu, perlu disebut  pula penerbitan sumber sejarah, yang terutama diselenggarakan oleh Arsip Nasional RI, seperti laporan-laporan dari para gubernur  masa penjajahan yang diganti di JAwa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Sebuah penelitian yang kritis mengenai sumber sejarah daerah adalah disertai Manusama mengenai Hikayat Tanah Hitu (1971). Sebuah studi politik Sosiologi mengenai Tanete Sulawesi Selatan menjadi pokok disertai Hasan Walisono (1979).
Berdasarkan bidang kajiannya, sejarah mencakup:
1.      Sejarah Geografi
Geografi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi. Pengetahuan tentang geografis sangat penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Oleh karena itu, perkekmabngan sejarah tidak akan pernah dipsahkan dari keadaan geografis dari suatu wilayah. Misalnya dalam Perang Diponegoro, Belanda sangat kesulitan di medan perang karena tidak memahami medan perang dan keadaan geografis daerah perjuangan Pangeran Diponegoro.
2.      Sejarah Ekonomi
Ekonomi merupakan ilmu pengetahuan yang membahas adanya usaha manusia untuk dapat memnuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakan Indonesia mulai mengembangkan aktivitas eknomi sejak bercocok tanam dengan sisitem perdagangan barter. Seiring dengan perkembangan aktivitas pelayaran yang meluas, tidak hanya menyangkut antar daerah, tetapi antar Negara. Apalagi letak Indonesia yang strategis dan penghasil rempah-rempah menjadikan bangsa Indonesia memiliki hubungan yang luas dan berdampak bagi masuknya budaya-budaya luar yang dibawa oleh para pedagang, seperti pedagang India, Cina, Arab, Eropa. Dengan demikian, sejarah ekonomi Indonesia hanya menyangkut nasional, tetapi ke taraf internasioanal.
3.      Sejarah Politik (Ketatanegaraan dan Pemerintahan)
Membicarakan system pemerintahan dan ketatanegaraan Indonesia dimulai dari zaman prasejarah yang dipimpin oleh seoran gkepala suku yang dipilih anggota masyarakatnya secara demokratis. Seorang kepala suku yang dipilih tidak hanya mampu mengorganisasi anggota masyarakatnya, tetapi juga memiliki kemamapuan spiritual yang lebih bila dibandingakan dengan yang lain. Setelah masuk pengaruh Hindu-Buddha,  maka system pemerintahan berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bersifat turun-temurun.  Begitu pula ketika Islam masuk, system pemerintahan masih tetap dalam bentuk kerajaan,  tetapi disesuaikan denagn tradisi Islam. Ketika bangsa Indonesia dijajah bangsa Eropa, system pemerintahan langsung ditangani oleh gubernur jenderal penjajah, sedangkan kekuasaan raja danbangsawan di bawahnya serta diawasi oleh pemerintah colonial. Ketika Indonesia merdeka, system pemerintahan  dipegang oleh presiden dan dibantu oleh wakil presiden dan para menteri yang duduk dalam kabinet yang dipimpinnya.
4.      Sejarah Sosial
Sejarah social Indonesia mengalami perkembangan dari tingkat yang sangat sederhana sampai ke tingkat maju. Dimulai pada masa prasejarah dengan perkembangan masyarakat dari berburu dan mengumpulkan makanan sampai dengan perundagian.
Dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha, masyarakat lebih teratur dengan adanya hubungan yang harmonis antara raja, rakyat, dan ulama. Adanya Sabda pandhita ratu menunjukkan apa  yang di ucapkan raja akan dilaksanakan rakyat.
Setelah islam masuk, aturan social dalam masyarakat diatur menurut aturan dan hokum-hukum Islam yang berlaku, seperti di Aceh adanya adat makuta alam yang mengatur kehidupan masyarakatnya. Sementara ketika dijajah bangsa Eropa, terjadilah gerakan-gerakan social yang menentang terhadap aturan pemerintah colonial karena telah merusak tatanan social masyarakat selama ini.

TRADISI MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA AKSARA


Masyarakat indonesia  mulai mengenal tulisan pada sat berkembangnya pengaruh Hindu – Budha di Indonesia. Hal tersebut di buktikan dengan di temukannya tulisan berhuruf pallawa dan tulisan berbahasa sansekerta. Sama halnya dengan pada masa praaksara, pewarisan tradisi tertulis merupakan bentuk kesadaran.sejarah. mereka memandang bahwa masalalu perlu diingat, dicatat, dan di wariskan kepada generasi berikutnya.
1.      Tradisi Sejarah dalam Bentuk Rekaman Tertulis
Bentuk rekaman tertulis sering disebut dengan naskah. Naskah – naskah di Indonesia pada umumnya menggunakan bahasa dearah asal naskah itu ditulis, seperti bahasa Sunda, Jawa, Bugis, Melayu, Aceh, Minang dan sebagainya. Naskah kuno merupakan sumber informasi kebudayaan daerah pada masa lampau. Di dalamnya mengandung ide – ide, gagasa, dan berbagai macam pengetahuan tentang alam semesta menurut persepsi budaya masyarakat yang bersangkutan. Naskah juga mengandung antara lain ajaran – ajaran moral, filsafat, dan keagamaan. Bentuk lain rekaman tertulis yaitu prasasti, kitab, dokumen, dan lain sebgainya.
a.       Prasasti adalah tulisan yang terdapat pada sebuah batu yang di buat atas perintah raja. Tujuannya adalah mengabadikan sebuah peristiwa penting yang di alami oleh seorang raja atau sebuah kerajaan. Prasasti tertua yang di temukan di Indonesia adalah Prasasti Yupa yang berisi tentang upacara penghormatan terhadap para pendahulu dan pemberian hadiah kepada para pendeta atau kaum brahmana yang memimpin upacara tersebut. Prasasti ini berisi tentang raja – raja yang memerintah di kerajaan Kutai.
b.      Kitab adalah tulisan para pujangga kerajaan yang dapat di jadikan petunjuk untuk menyingkapkan suatu peristiwa sejarah. Namun, tulisan – tulisan para pujangga tersebut tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan sehingga sering kali tidak netral. Hal ini di karenakan isi kitab tidak lebih dari sekedar mengagung – agungkan seorang raja yang sedang berkuasa.
c.       Dokumen adalah surat berharga yang tertulis atau tercetak yang dapat di pakai sebagi bukti atau keterangan .
2.      Perkembangan penulisan sejarah di Indonesia
a.       Penulisan Sejarah - Hindu Budha  dan Islam
Penulisan sejarah pada zaman ini berpusat pada masalah – masalah pemerintahan dari raja – raja yang berkuasa. Penulisanyya bersifat istana sentris, yaitu berpusat pada keinginan dan kepentingan raja. Penulisan yang penting pada masa Hindu – Budha lebih banyak pada batu – batu besar yang di kenal dengan nama prasasti. Tujuannya  adalah agar generasi penerus  dapat mengetahui bahwa adad suatu peristwa penting yang terjadi dalam suatu kerajaan pada saat seorang raja memerintah.
Penulisan suatu peristiwa yang terjadi pada masa kekuasaan raja – raja islam ditulis dalam kitab – kitab. Sebagaimana pada masa hindu – Budha, penulisannya mengikuti petunjuk raja. Selainsebagian besar berisi tentang masalah politik, kitab – kitab pada masa kerajaan islam berisi pula tentang kehidupan masyarakatnya dalam bidang lain seperti keagamaan ( tentang ajaran – ajaran agama islam), sosial, dan ekonomi.
b.      Penulisan sejarah  masa colonial
Pada zaman kekuasaan bangsa – bangsa barat ( eropa) di Indonesia, penulisan peristiwa sejarah lebih bertujuan untuk memperkokoh kekuasaan di Indonesia. Selain itu, urusan mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan mereka sekaligus untuk mengendurkan semangat perlawanan.
c.       Penulisan sejarah masa pergerakan nasional Indonesia
Pada zaman pergerakan nasional Indonesia, tulisan – tulisan yang dibuat berperan dalam membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Denagn tulisan – tulisan ini, rakyat Indonesia menyadari dirinya sebagai bangsa tertindas. Perasaan ketertindasan ini membangkitkan semangat perjuangan untuk membebaskan diri.
d.      Penulisan sejarah masa Indonesia merdeka
Penulisan sejarah masa Indonesia merdeka berorientasi pada masa depan bangsa dan Negara Indonesia yang telah berhasil di Proklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Penulisan sejarah juga bertujuan agar pengalaman buruk yang dialami oleh bangsa Indonesia di masa lampau tidak terulang lagi di kemudian hari.
D. Melacak Jejak Sejarah Indonesia Melalui Folklore
Berdasarkan asal katanya, folklore berasal dari kata yaitu, folk dan lore . kata folk dapat diartikan sebagai kelompok orang yang memiliki ciri – ciri pengenalan fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok – kelompok lainnya. Kata lore diartikan sebagai tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara turun – temurun, baik secara lisan maupun melalui suatu contoh yang disertai dengan isyarat atau alat bantu pengingat. Jadi dapat disimpulkan bahwa folklore adalah adat – istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun – temurun dan tidak di bukukan. Adapun ciri – ciri folklore adalah sebagai berikut,
1.      Diwarisakn kepada generasi muda secara lisan
2.      Bersifat tradisional dan relatif tetap
3.      Bersifat anonim
4.      Memiliki bentuk yang sama
5.      Menjadi milik bersama masyarakat
6.      Ada dalam versi berbeda – beda
7.      Mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif
8.      Pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum, dan
9.      Bersifat polos dan lugu sehingga sering kali kelihatan kasar dan terlalu spontan.
Folklore dibagi menjadi tiga yaitu folklore lisan, folklore sebagai lisan, dan non lisan.
1.      Folklore
a.       Folklore lisan
Folklore lisan adalah folklore yang diciptakan, disebar luaskan, dan diwariskan secara lisan, seperti puisi rakyat, dan cerita rakyat.
1)      Puisi rakyat adalah sastra yang bahasa terikat oleh irama, ritme, matra serta penyusunan lirik dan baik. Terdapat bermacam-macam puisi, seperti puisi bebas, puisi berpola, dan puisi baru.
2)      Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dipakai sebagai sarana pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia terdapat banyak sekali bahasa rakyat, misalnya bahasa batak, bahasa jawa, dan bahasa dayak.